Jumat, 15 November 2013

Hiponimi, Analisis Komponen Makna, dan Entailment

a.    Hiponimi
Hiponimi berkaitan dengan makna khusus dan makna umum yang memiliki keterkaitan. Kridalaksana (2009: 83) menyatakan bahwa hiponimi membicarakan hubungan semantik antara makna spesifik dan makna generik, atau antara anggota taksonomi dan nama taksonomi. Ketika ada kata melati, mawar dan anggrek di satu pihak, dan kata bunga di pihak lain, dapat dikatakan bahwa melati, mawar, dan anggrek adalah hiponim dari kata bunga, dan bunga merupakan superordinat dari kata melati, mawar, dan anggrek.
b.   Analisis komponen makna
Kridalaksana (2009: 14) menyatakan bahwa analisis komponen makna merupakan penyelidikan makna dengan memecahnya menjadi beberapa komponen. Dengan membagi-bagi makna tersebut menjadi komponen-komponen, dimungkinkan ditemukan kandungan atau komposisi makna secara jelas dan rinci. Lebih lanjut Parera (2004: 159-160) menjelaskan prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan analisis komponen makna, yaitu; (1) memilih seperangkat kata yang secara intuitif berhubungan; (2) menemukan analogi-analogi di antara seperangkat kata tersebut; dan (3) mencirikan komponen semantik atau komposisi semantik berdasarkan analogi-analogi yang telah ditemukan.
c.    Entailment atau Penjaminan Makna
Konsep penjaminan makna atau yang disebut dengan istilah entailment dalam hal ini seperti yang diungkapkan oleh Atkinson (dalam Parera, 2004: 76) yaitu hubungan makna antarkalimat, kalimat satu memerlukan kalimat dua jika dan hanya jika kalimat satu itu benar dan kalimat dua juga benar, sehingga mustahil ditemukan kalimat satu benar dan kalimat dua salah. Lebih lanjut, Wijana (2010: 54) menyatakan bahwa entailment dikaitkan dengan hubungan syarat kebenaran dengan rumus berikut.
a
b
b
a
B
B
B
?
S
?
S
S
Keterangan:
a = Kalimat satu
b = Kalimat dua
B = Benar
S = Salah
? = Tidak bisa ditentukan
 

Dari rumus di atas dapat uraikan bahwa jika kalimat satu benar, b dijamin benar; jika kalimat dua benar, kalimat satu tidak bisa ditentukan; jika kalimat dua salah, kalimat satu juga salah. Dalam kajian ini, entailment dilihat dari dua kalimat yang masing-masing memuat hipernim dan hiponim. Kalimat pertama berpredikat verba sebagai anggota hiponim, sementara kalimat kedua brpredikat verba mambaok sebagai hipernim atau superordinatnya.

Sumber: 
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik (Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Parera, J. D. 2004. Teori Semantik (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga.
Wijana, I Dewa Putu. 2010. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar