a. Hiponimi
Hiponimi
berkaitan dengan makna khusus dan makna umum yang memiliki keterkaitan.
Kridalaksana (2009: 83) menyatakan bahwa hiponimi membicarakan hubungan
semantik antara makna spesifik dan makna generik, atau antara anggota taksonomi
dan nama taksonomi. Ketika ada kata melati, mawar dan anggrek di satu pihak,
dan kata bunga di pihak lain, dapat dikatakan bahwa melati, mawar, dan anggrek
adalah hiponim dari kata bunga, dan bunga merupakan superordinat dari kata
melati, mawar, dan anggrek.
b. Analisis komponen makna
Kridalaksana
(2009: 14) menyatakan bahwa analisis komponen makna merupakan penyelidikan
makna dengan memecahnya menjadi beberapa komponen. Dengan membagi-bagi makna
tersebut menjadi komponen-komponen, dimungkinkan ditemukan kandungan atau
komposisi makna secara jelas dan rinci. Lebih lanjut Parera (2004: 159-160)
menjelaskan prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan analisis komponen
makna, yaitu; (1) memilih seperangkat kata yang secara intuitif berhubungan;
(2) menemukan analogi-analogi di antara seperangkat kata tersebut; dan (3)
mencirikan komponen semantik atau komposisi semantik berdasarkan
analogi-analogi yang telah ditemukan.
c. Entailment atau Penjaminan Makna
Konsep
penjaminan makna atau yang disebut dengan istilah entailment dalam hal ini seperti yang diungkapkan oleh Atkinson
(dalam Parera, 2004: 76) yaitu hubungan makna antarkalimat, kalimat satu
memerlukan kalimat dua jika dan hanya jika kalimat satu itu benar dan kalimat
dua juga benar, sehingga mustahil ditemukan kalimat satu benar dan kalimat dua
salah. Lebih lanjut, Wijana (2010: 54) menyatakan bahwa entailment dikaitkan dengan hubungan syarat kebenaran dengan rumus
berikut.
a
|
b
|
b
|
a
|
B
|
B
|
B
|
?
|
S
|
?
|
S
|
S
|
Keterangan:
|
|||
a
= Kalimat satu
|
|||
b = Kalimat dua
|
|||
B = Benar
|
|||
S = Salah
|
|||
? = Tidak bisa ditentukan
|
Dari
rumus di atas dapat uraikan bahwa jika kalimat satu benar, b dijamin benar;
jika kalimat dua benar, kalimat satu tidak bisa ditentukan; jika kalimat dua
salah, kalimat satu juga salah. Dalam kajian ini, entailment dilihat dari dua kalimat yang masing-masing memuat
hipernim dan hiponim. Kalimat pertama berpredikat verba sebagai anggota
hiponim, sementara kalimat kedua brpredikat verba mambaok sebagai hipernim atau superordinatnya.
Sumber:
Kridalaksana, Harimurti.
2009. Kamus Linguistik (Edisi Keempat.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Parera, J. D. 2004. Teori Semantik (Edisi Kedua). Jakarta:
Erlangga.
Wijana, I Dewa Putu. 2010. Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar